A. Bentuk
Kelahiran adalah sebuah karunia darim tuhan yang maha esa oleh karena itu kita perlu memaknai kelahiran tersebut. Lahir bisa diartikan lair dari kandungan maupun kelahiranjiwa jiwaning jawa yang baru bisa dilakukan dengan suatu cara. Dalam konteks lahirnya jiwa yang baru adalah segenap upaya awal dapat dilakukan seperti melalui ritual mesu budi, maladihening, tarak brata, tapa brata, puja brata, bangun di dalam tidur, sembahyang di dalam bekerja. Tujuannya agar supaya mencapai tataran hakekat yakni dengan meninggalkan nafsul lauwamah, amarah, supiyah, dan menggapai nafsul mutmainah. Kejawen mengajarkan bahwa sepanjang hidup manusia hendaknya laksana berada dalam “bulan suci Ramadhan”. Artinya, semangat dan kegigihan melakukan kebaikan, membelenggu setan (hawa nafsu) hendaknya dilakukan sepanjang hidupnya, jangan hanya sebulan dalam setahun. Selesai puasa lantas lepas kendali lagi.
B. Makna
Dalam konteks lahirnya jiwa jiwanning kang sejati adalah Pencapaian hidup manusia pada tataran tarekat dan hakikat secara intensif akan mendapat hadiah berupa kesucian ilmu makrifat. Suatu saat nanti, jika Tuhan telah menetapkan kehendakNya, manusia dapat ‘menyelam’ ke dalam tataran tertinggi yakni makna kodratullah. Yakni substansi dari manunggaling kawula gusti sebagai ajaran paling mendasar dalam ilmu Kejawen khususnya dalam anasir ajaran Syeh Siti Jenar. Manunggling Kawula Gusti bersatunya Dzat Pencipta ke dalam diri mahluk. Pancaran Dzat telah bersemayan menerangi ke dalam Guru Sejati, sukma sejati
C. Fungsi
Keberhasilan mengolah Guru Sejati, tatarannya akan dapat dicapai apabila kita sudah benar-benar ‘lepas’ dari basyor atau raga/tubuh. Yakni jiwa yang telah merdeka dari penjajahan jasad. Bukan berarti kita harus meninggalkan segala kegiatan. Sebaliknya, kehidupan duniawi menjadi modal atau bekal utama meraih kemuliaan baik di dunia maupun kelak setelah ajal tiba. Maka seluruh kegiatan dan aktivitas kehidupan duniawi sudah tidak dicemari oleh hawa nafsu. Kebaikan yang dilakukan tidak didasari “pamrih”; sekalipun dengan mengharap-harap iming-iming pahala-surga, atau takut ancaman dosa-neraka. Melainkan kesadaran makrokosmos dan mikrokosmos akan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan, hendaklah memposisikan diri bukan sebagai seteruNya, tetapi sebagai “sekutuNya”, sepadan dan merasuk ke dalam gelombang Ilahiah. Kesadaran spiritual bahwa kemuliaan hidup kita apabila kita dapat bermanfaat untuk kebaikan bagi sesama tanpa membeda-bedakan masalah sara. Orang yang memiliki kesadaran demikian, hakekat kehendaknya merupakan kehendak Tuhan.
Aspek budaya kelahiran masyarakat jawa.
1. Seni : mereka menggunakan seni yang telah diwariskan oleh leluhur seperti contoh seni beladiri dalam pernafasan
2. Peralatan : mereka menggunakan peralatan yang sangat sederhana hanya perlu menggunakan tempat untuk menyepi.
3. Kemasyarakatan : untuk bermasyarakat mereka dituntut untuk saling mengasihi satu sama lain karena hamemayu hayuning sasama
4. Ekonomi: ekonomi mereka rata-rata adalah orang yang berkecukupan, hanya ingin hidup yang sederhana mau menerima apa-adanya
5. Pengetahuan: rata-rata mereka yang melakukan hal ini mereka akan semakin peka dan semakin tau mana yang baik dan mana yang benar.
6. Religi : dalam tataran jawa ajaran ini adalah ajaran ilmu tertinggi yang dapat di pelajari oleh tiap insan.
7. Bahasa : mereka menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa universal dalam berinteraksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar